
5 Pasar di Jakarta yang Dulu Ramai Kini Sepi Pengunjung
Jakarta dikenal sebagai kota metropolitan dengan berbagai pusat perbelanjaan, mulai dari mal modern hingga pasar tradisional. Namun, dalam dua dekade terakhir, pasar-pasar tradisional di Jakarta mengalami penurunan pengunjung yang signifikan. Pergeseran gaya hidup, kemunculan e-commerce, dan bertambahnya mal modern turut memengaruhi eksistensi pasar-pasar yang dulu menjadi pusat ekonomi rakyat.
Berikut adalah 5 pasar di Jakarta yang dulu ramai, kini sepi:
1. Pasar Senen
Dulu, Pasar Senen adalah pusat belanja utama di Jakarta Pusat, terutama untuk pakaian bekas dan barang murah. Di masa jayanya, ribuan orang memadati lorong-lorong pasar setiap hari. Namun setelah kebakaran besar dan relokasi pedagang, aktivitas Pasar Senen mulai menurun. Masyarakat kini lebih memilih belanja online atau ke pusat perbelanjaan yang lebih nyaman.
2. Pasar Tanah Abang Blok G
Tanah Abang dikenal sebagai pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara. Namun, Blok G mengalami penurunan drastis dalam beberapa tahun terakhir. Sejak revitalisasi pasar dan perubahan jalur distribusi dagang, banyak kios kosong dan pengunjung rajazeus berkurang. Faktor lain adalah kemacetan dan kurangnya kenyamanan akses.
3. Pasar Jatinegara
Dulu, pasar ini ramai dengan penjual kebutuhan rumah tangga, elektronik, hingga hewan peliharaan. Kini, keberadaan toko online dan gerai modern di sekitar membuat Pasar Jatinegara kehilangan daya saing. Banyak kios tutup dan pengunjung datang hanya saat hari-hari besar seperti Lebaran.
4. Pasar Glodok Lama
Sebagai pusat elektronik dan pernak-pernik Tionghoa, Pasar Glodok dulunya selalu padat pengunjung, apalagi menjelang Imlek. Namun sekarang, geliatnya mulai meredup. Selain karena perubahan pola belanja masyarakat ke toko online, banyak kios elektronik kini pindah ke pusat perbelanjaan modern yang lebih nyaman dan bersih.
5. Pasar Rumput (Sebelum Direvitalisasi)
Sebelum direnovasi menjadi pasar modern dan rumah susun terpadu, Pasar Rumput pernah menjadi salah satu pasar legendaris di Jakarta Selatan. Namun dalam beberapa tahun sebelum revitalisasi, aktivitas pasar ini nyaris berhenti. Kebersihan yang kurang, akses yang sempit, dan minimnya fasilitas membuat pembeli enggan datang. Kini setelah direnovasi, pengunjung mulai berdatangan, namun belum bisa menyamai keramaian masa lalu.
BACA JUGA: Investasi di Pasar China: Prospek dan Risiko yang Perlu Diketahui