April 26, 2025

Iskaposmeatmarket : Retribusi Pasar Tradisional

Lonjakan Biaya Pasar Di Indonesia

Mengulik Fenomena Pasar Setan: Populer di Kalangan Pendaki Gunung, Mitos atau Fakta?

Dunia pendakian di slot depo 10k Indonesia rupanya terhitung sarat bakal cerita mistis yang diwariskan secara turun-temurun. Dan salah satu fenomena yang paling sering didengar para pendaki adalah berkenaan keberadaan pasar setan. Jadi ini merupakan sebuah makna yang sering dikaitkan bersama kegiatan gaib di beberapa gunung. Meski terdengar layaknya dongeng, kisah ini selamanya hidup di dalam cerita-cerita lisan dan juga jadi bahan omongan yang menarik, terutama bagi mereka yang menyukai kisah-kisah horor.

Apa Itu Pasar Setan?

Pasar setan digambarkan sebagai sebuah daerah tak kasat mata yang menyerupai pasar tradisional. Namun bedanya, pasar ini dipercayai bukan diperuntukkan bagi manusia, melainkan sebagai wilayah berkumpul dan “bertransaksi” bagi makhluk tak keluar layaknya jin atau makhluk halus penunggu gunung.  Suasana pasar ini konon terlalu ramai, menyerupai hiruk-pikuk pasar pada umumnya, lengkap bersama penjual, customer sampai nada gamelan dan langkah kaki layaknya rombongan pasukan.

Barang dagangan yang disebut-sebut tersedia di pasar ini terlalu menyerupai punya manusia. Dan beberapa pendaki mengaku menyaksikan makanan layaknya pisang goreng atau baju layaknya jaket bergantung rapi. Yang membuatnya unik, alat pembayaran di pasar setan ini konon berupa daun-daunan, bukan uang sungguhan. Pendaki yang “berinteraksi” di pasar ini pun kudu memperlakukan suasana selanjutnya seolah nyata, termasuk melemparkan daun sebagai simbol pembayaran kalau mendengar suara yang tawarkan barang dagangan.

Di Mana Lokasinya?

Melansir berasal dari berbagai sumber, fenomena pasar setan ini diyakini terkandung di beberapa gunung di Indonesia. Tetapi, salah satu wilayah paling populer dengan ada pasar setan adalah Gunung Lawu. Di sana, para pendakinya kerap mengaku mendengar suara perempuan tawarkan barang dengan kalimat, “Beli apa, Dik?”. Mereka yang tak menanggapi atau apalagi bersikap acuh kabarnya mampu mengalami kesialan, menjadi berasal dari tersesat hingga mengalami problem kesehatan selama pendakian.

Kemudian, beberapa ciri wilayah pasar setan ini mampu dikenali biarpun tempatnya tidak muncul secara kasat mata. Biasanya berupa daerah terbuka yang cukup luas, dikelilingi bebatuan yang tersusun secara tidak wajar, layaknya bekas lapak jualan. Tak jarang pula ada benda-benda kuno atau prasasti yang menandakan daerah selanjutnya diakui sakral oleh masyarakat setempat.

Suasana Mistis tetapi Terasa Nyata

Yang mengakibatkan banyak orang merinding adalah kesaksian para pendaki yang mendengar suara-suara aneh kala melintasi kawasan tertentu di gunung. Suara ramai layaknya pasar, bahasa yang tidak dapat dimengerti, sampai suara alat musik tradisional layaknya gamelan menjadi fenomena umum yang dikaitkan dengan keberadaan pasar setan. Meskipun perihal ini tidak dapat dijelaskan secara ilmiah, kekonsistenan cerita berasal dari beraneka sumber mengakibatkan kisah ini konsisten hidup.

Selain itu, terhadap malam-malam tertentu yang dipercaya sebagai hari keramat, situasi di kira-kira lokasi pasar setan mulai berbeda. Hamparan padang ilalang atau sabana yang tampak biasa di siang hari, dapat beralih menjadi area yang siap membuat bulu kuduk merinding. Beberapa pendaki bahkan mengaku melihat wujud manusia dengan baju zaman dahulu berdiri atau berlangsung melintasi jalur pendakian.

BACA JUGA: 5 Pasar Terbersih di Jawa Timur yang Patut Dicontoh

Mitos atau Fakta?

Secara logika dan sains, keberadaan pasar setan memang belum dapat dibuktikan. Semua cerita yang beredar berasal berasal dari pengalaman teristimewa pendaki atau cerita berasal dari mulut ke mulut. Meski demikian, banyak yang percaya bahwa tempat-tempat layaknya ini mesti dihormati dan tidak boleh diakui remeh. Dengan demikian, para pendaki dianjurkan supaya tidak bersikap sombong, berkata sembarangan, atau melanggar pantangan yang telah lama dipercaya masyarakat setempat.***

Share: Facebook Twitter Linkedin

Comments are closed.